KISAH MENARIK PENUH MAKNA : LEGENDA SENDANG SINONGKO DARI YOGYAKARTA – Pada jaman dahulu kala terdapat suatu kadipaten yang pusat pemerintahanya berada di perdikan ( sekitar sendang pokak ) dan memiliki suatu partirtan yang dipergunakan sebagai tempat bersuci atau pemandian. Wilayah kadipaten ini berbatasan di sebelah Barat dengan gunung merapi dan sebelah timur dengan gunung lawu yang dipimpin oleh seorang Adipati bernama Ki Singodrono dan dibantu oleh seorang patih yang bernama Ki Irokopo. Dalam menjalankan pemerintahan keduanya sangat arif dan bijaksana serta ahli di bidang ilmu kebatinan dan kamuksan.
Menurut kisahnya, pada suatu hari kadipaten gunung lawu dan gunung merapi di bawah naungan kerajaan pantai selatan yang dikuasai oleh Nyi Roro Kidul meminta upeti berupa hewan dan manusia setiap tahunnya. Tentu saja hal ini ditolak mentah – mentah oleh Ki Singodrono dan Irokopo, mereka hanya akan menyetujui pinsungsung berupa hewan saja. Mendengar permintaannya tidak dikabulkan, Nyi Roro Kidul sangat marah. Pertempuran tidak dapat dielakan lagi.
Pertempuran terjadi antara Nyi Roro Kidul dan Ki Singodrono yang dibantu oleh Irokopo. Dalam pertempuran tersebut, Nyi Roro Kidul meraih kemenangan sedangkan Ki Singodrono dan Irokopo kalah dan menyebabkan keduanya meninggal mukso ( hilang jasad ). Ki Singodrono meninggal mukso di Sendang Barat ( Sendang Sinongko ) dan Ki Irokopo meninggal mukso di Sendang Timur daerah Pokak.
Begitulah legenda asal mula terbentuknya sendang sinongko. Sedangkan nama Sinongko merupakan pemberian dari Raja Surakarta Sinuwun ke vii yang pada saat melakukan perjalanan ke Yogyakarta singgah dan beristirahat sambil makan buah nongko, kemudian membuang isinya ke sendang dengan bersabda “ mangke saumpami wosipun nangka menika tuwuh lan saged gesang, tuwin sendang menika dados rejo supados dipun paringi asma sendang sinongko”
Setiap setahun sekali tepatnya pada hari jum’at wage di bulan agustus atau awal bulan september sehabis panen di musim kemarau, dilakukan upacara adat tasyakuran bersih sendang Sinongko yang mengandung makna agar warga masyarakat menjaga keseimbangan lingkungan dengan mengadakan acara bersih sendang. Maksudnya supaya airnya tetap bersih dan jernih sehingga sendang ini bisa dimanfaatkan untuk mengairi sawah dan area sekitarnya pada saat musim kemarau panjang.
Sumber : L Press