KISAH MENARIK PENUH MAKNA : LEGENDA ASAL MULA TELAGA BIRU DI MALUKU UTARA – Dibelahan bumi utara Halmahera, tepatnya diwilayah Galela dusun Lisawa. Hiduplah sepasang kekasih yang bernama Manjojaru ( nona ) dan Magohiduuru ( nyong ).
Pada suatu hari Magohiduuru pergi meninggalkan rumah tanpa pesan. Semua keluarganya telah mencari kesana kemari, namun belum juga menemukannya. Menurut kabar dari orang tuanya Magohiduuru mengatakan bahwa anaknya sudah enam bulan pergi merantau. Belum ada berita kapan ia akan kembali.
Di saat Magohiduuru pergi untuk pamit untuk merantau, keduanya telah berjanji untuk sehidup semati. Setelah lebih dari enam bulan kepergian kekasihnya itu, Majojaru tetap setia menunggu kedatangan Magohiduuru.
Namun, badai datang melanda cinta mereka yang tidak bertepi. Kabar tentang Magohiduuru akhirnya sampai juga ke telinga Majojaru. Bagaikan disambar petir disiang hari, Majojari jatuh pingsan. Dia sangat tidak percaya dengan berita yang baru saja ia dengar, bahwa Magohiduuru telah menikah dengan perempuan lain. Janji yang selama ini diucapkan, hanya tinggal janji.
Dalam keadaan yang sangat sedih karena di tinggal kawin oleh sang kekasih, Majojaru pergi menenangkan diri dengan duduk dibawah pohon beringin sambil meratapi kisah cintanya. Air matanya tak terbendung ,tumpah begitu saja, mengalir tiada hentinya.
Akhirnya tergenang dan menenggelamkan bebatuan tajam yang ada dibawah pohon beringin itu. Majojaru tenggelam oleh air matanya sendiri.
Terbentuklah telaga kecil, sebening air mata nona endo lisawa. Penduduk dusun lisawa pun berkabung. Mereka berjanji untuk memelihara dan menjaga telaga yang diberi nama dengan Telaga Biru.
Telaga biru saat itu selalu tampak bersih. Airnya sejernih kristal berwarna kebiruan. Setiap daun yang jatuh tidak akan tenggelam karena seolah terhisap oleh bebatuan yang ada ditepi telaga
Sampai saat ini, mitos tentang asal mula telaga biru masih tetap terjaga dalam masyarakat. Pasangan muda mudi dari Galela dan Tobelo ada yang datang ketelaga ini khusus untuk mengikat janji. Sebagai tanda ikatan janji mereka, mereka mengambil air dengan daun Chingacinga dan meminumnya bersama. Air yang tersisa biasanya akan digunakan untuk mencuci muka dan membasuh kaki.
Sumber : L Press