November 25, 2016

KUMPULAN DONGENG ANAK KISAH TELADAN : SITANDUK PANJANG DARI SUMATERA UTARA

KUMPULAN DONGENG ANAK KISAH TELADAN : SITANDUK PANJANG DARI SUMATERA UTARA – Pada jaman dahulu, hiduplah sepasang suami istri dan anak perempuannya, yang mempunyai kehidupan yang sangat miskin.  Namun, mereka terlihat bahagia karena sedang menunggu kelahiran dari sang bayi. Pada suatu malam, akhirnya sang ibu melahirkan seorang bayi laki – laki yang sangat di nanti – nantikannya sejak lama. Di tengah kebahagiaannya melahirkan seorang bayi laki – laki. Seketika kebahagian itu lenyap, pada saat sang ayah bayi tersebut mengangkat dan menggendong bayinya. 

Ternyata bayi laki – laki yang dinantikannya selama ini memiliki tanduk di kepalanya. Suaminya berkata kepada istrinya “ bagaimana jika orang – oran tahu jika anak kita memiliki tanduk di kepalanya...? sang istri yang baru saja melahirkan, menangis dan mengatakan kepada suaminya “ jangan sampai orang – orang tahu, kalau tidak kita akan kena malu.”

Sang suami berkata kepada istrinya “ bagaimana jika kita hanyutkan saja bayi ini di sungai”. Mendengar perkataan ayah dan ibunya, sang kakak sangat sedih. Diam – diam ia mengikuti ayahnya yang hendak membuang adiknya ke sungai. Bayi tersebut di letakannya di dalam peti yang di bekali dengan sebutir telur dan secangkir beras. Lalu peti tersebut di hanyutkannya kesungai.

Setela sang ayah meninggalkan sungai, kakak perempuan bayi malang itu terus mengikuti peti yang berisi adiknya di bawa arus sungai. Adiknya tidak berhenti menangis di dalam peti, hatinya sungguh sedih mendengarnya. Dia berusaha menghibur adiknya dari pinggir sungai.

KUMPULAN DONGENG ANAK KISAH TELADAN : SITANDUK PANJANG DARI SUMATERA UTARA

Kakak perempuannya berkata “ wahai adikku tersayang, jangan menangis ya, jika engkau lapar maka makanlah sebutir beras agar engkau merasa kenyang.”

Setelah mendengarkan perkataan dari kakaknya, adiknya pun berhenti menangis. Beberapa hari kemudian, terdengar ciak ayam dari dalam peti. Kakak perempuannya mengira pasti suara itu berasal dari telur ayam yang menetas di dalam peti.

Berbulan – bulan, kakaknya terus mengikuti adiknya yang berada di dalam peti. Dia dengan penuh kasih sayang terus menghibur adiknya ketika menangis. Sampai kemudian, peti itu terbawa arus hingga sampai di tepian sungai. Si kakak dengan sangat gembira, berhasil meraihnya.

Kakaknya berkata “ syurkurlah Tuhan akhirnya, aku dapat meraih peti adikku”. Ketika peti di buka oleh kakak perempuannya, melompatlah seorang anak laki – laki yang gagah dan tampan. Tanduk di kepalanya sudah tidak kelihatan dan di belakangnya, mengikuti ayam jantan. Sang kakak sangat gembira melihat adikknya.

“ adikku, engkaukah ini..? akhirnya aku bisa memelukmu” kata sang kakak sambil memeluk adiknya. Adiknyapun tersenyum bahagia, “ terima kasih kakak karena engkau selalu menjagaku” 
Mereka lalu berjalan menuju desa kelahirannya, di sepanjang jalan mereka bertegur sapa dengan banyak orang. Setelah beberapa lama dalam perjalanan, akhirnya mereka sampai di kampung halamannya. para penduduk desa menanyakan asal usul mereka.

“ kami warga disini, paman. Tapi kami telah lama meninggalkan desa ini. Orang tua kami tinggal di desa tepi sungai”, kata kakak perempuannya.

Mendengar penjelasan itu, penduduk desa memberi tahu kedatangan adik dan kakak tersebut. Kedua orang tua miskin yang telah membuang si Tanduk Panjang mendengar kabar itu. Dengan perasaan gembira, mereka segera menemui anaknya.

Awalnya, sikakak itu masih menyimpan kemarahan terhadap orang tua mereka. namun sang adik membujuk kakanya. “ bagaimanapun juga mereka adalah orang tua kita, kita harus memaafkan mereka”, kata sang adik penuh kelembutan.

Sang kakak lalu tersenyum dan mereka berdua memeluk kedua orang tuanya. Akhirnya mereka berkumpul kembali dan memulai hidup yang bahagia.